Pengertian Psikologi Kenabian
Prophetic Psychology (Psikologi Kenabian) adalah suatu ilmu yang membahas dan mengkaji tentang eksistensi jiwa (hakekat jiwa, sifat jiwa, martabat jiwa dan maqam jiwa) dan gejala jiwa (sikap, prilaku, tindakan, penampilan dan gerak-gerik diri) dari manusia yang telah mencapai kesempurnaan dalam melaksanakan evolusi dan transformasi diri melalui pemahaman dan pengamalan agama secara totalitas berdasarkan wahyu ketuhanan (al-Qur'an), sabda kenabian (as-Sunnah), pendapat para ahli serta pengalaman ruhaniah para aulia Allah dan orang-orang saleh.
Metode Psikologi Kenabian
Metode yang dipakai dalam Psikologi Kenabian ada dua, yakni: pertama: metode ilahiah, yaitu suatu cara memahami dan mengkaji persoalan-persoalan eksistensi dan gejala jiwa manusia melalui bimbingan Allah swt. Teksisnya ada empat cara, yakni melalui kajian terhadap pesan-pesan wahyu ketuhanan (al-Qur'an) dan sabda kenabian (as-Sunnah), analisa mimpi yang benar dan bermakna, intuisi (ilham) yang benar yang bermuara dalam qalbu yang bersih dan bening dari penyakit ruhani dan melalui mukasyafah (ketersingkapan indera batin) dan musyahadah (penyaksian batin secara langsung sebagai pelaku di alam ruhaniah dan jiwa); kedua: metode ilmiah, yaitu suatu metode yang biasa dilakukan di dalam penelitian-penelitian ilmiah pada umumnya, seperti observasi, pengumpulan bahan-bahan, biografis, angket dan wawancara.
Kedua metode ini (metode ilahiah dan ilmiah) harus dapat dikuasai oleh seorang psikolog, lebih-lebih psikolog agama, sebab jika ia belum memiliki penguasaan terhadap kedua metode ini, maka pengetahuannya tentang hakekat manusia dan berbagai problematikanya tidak akan pernah lengkap, sempurna dan utuh, dan lebih-lebih pada penerapannya di dalam kehidupan sehari-hari. Hal itu terbukti seringnya penulis menerima limpahan persoalan-persoalan psikologis yang belum dan tidak dapat diselesaikan secara tuntas oleh beberapa psikolog di Indonesia, padahal sebagian besar mereka adalah orang-orang muslim yang taat kepada agamanya. Akan tetapi sangat disayangkan jika ketaatannya itu belum dapat menghidupkan dan memberi ruh kepada ilmu psikologi yang dimilikinya itu. Sehingga ilmu yang ada dalam dirinya itu tidak mampu menguak hakekat yang ada dalam dirinya sendiri, apalagi orang lain. Inilah yang menjadi sebab"ilmu jiwa tanpa jiwa", sebagaimana dapat direnungkan dalam ungkapan yang populer di dunia sufi, "barangsiapa yang telah mengenal hakekat dirinya, niscaya ia akan mengenal Tuhannya, niscaya tersingkaplah rahasia-Nya dan lenyaplah dirinya".
Fungsi dan Tujuan Psikologi Kenabian
Fungsi Psikologi Kenabian yang utama adalah memberikan suatu penjelasan dan pengetahuan, bahwa ajaran kenabian dalam Islam bukanlah hanya sebagai sebuah pengetahuan, akan tetapi ia merupakan tuntunan yang wajib diyakini dan diaplikasikan di dalam diri bagi setiap manusia yang telah bersyahadat (bersaksi) akan kebenaran datangnya kematian. Implementasi dari dua kalimat persaksian "asyhadu alla ilaha illallah wa asyhadu anna Muhammadarrasulullah" (saya bersaksi bahwa tiada sesembahan melainkan Zat yang bernama Allah, dan saya bersaksi bahwasanya Nabi Muhammad adalah utusan Allah) adalah melakukan evolusi dan transformasi kedirian dari jiwa hewani kepada jiwa insani, dan puncaknya kepada jiwa robbani. Sedangkan tujuan dari Psikologi Kenabian adalah: mengantarkan manusia mengenal hakekat dirinya yang azali dan hakiki, yang bersifat ketuhanan, ruhaniah, bercahaya, dan tidak akan pernah terpisah dari Tuhannya; mengantarkan manusia mengenal eksistensi Tuhannya yang tidak dapat diserupakan dengan apa pun; mengantarkan manusia agar dapat mencapai sehat dan sejahtera secara holistik (sehat fisik, mental, spiritual, finansial dan sosial); dan mengantarkan manusia agar dapat mengembangkan potensinya yang hakiki, sebagaimana yang telah ditauladankan oleh Nabi Muhammad saw, yakni cerdas melangit dan cerdas membumi (baca Hamdani, Prophetic Intelligence, al-Manar Yogyakarta, 2008)
Prophetic Psychology (Psikologi Kenabian) adalah suatu ilmu yang membahas dan mengkaji tentang eksistensi jiwa (hakekat jiwa, sifat jiwa, martabat jiwa dan maqam jiwa) dan gejala jiwa (sikap, prilaku, tindakan, penampilan dan gerak-gerik diri) dari manusia yang telah mencapai kesempurnaan dalam melaksanakan evolusi dan transformasi diri melalui pemahaman dan pengamalan agama secara totalitas berdasarkan wahyu ketuhanan (al-Qur'an), sabda kenabian (as-Sunnah), pendapat para ahli serta pengalaman ruhaniah para aulia Allah dan orang-orang saleh.
Metode Psikologi Kenabian
Metode yang dipakai dalam Psikologi Kenabian ada dua, yakni: pertama: metode ilahiah, yaitu suatu cara memahami dan mengkaji persoalan-persoalan eksistensi dan gejala jiwa manusia melalui bimbingan Allah swt. Teksisnya ada empat cara, yakni melalui kajian terhadap pesan-pesan wahyu ketuhanan (al-Qur'an) dan sabda kenabian (as-Sunnah), analisa mimpi yang benar dan bermakna, intuisi (ilham) yang benar yang bermuara dalam qalbu yang bersih dan bening dari penyakit ruhani dan melalui mukasyafah (ketersingkapan indera batin) dan musyahadah (penyaksian batin secara langsung sebagai pelaku di alam ruhaniah dan jiwa); kedua: metode ilmiah, yaitu suatu metode yang biasa dilakukan di dalam penelitian-penelitian ilmiah pada umumnya, seperti observasi, pengumpulan bahan-bahan, biografis, angket dan wawancara.
Kedua metode ini (metode ilahiah dan ilmiah) harus dapat dikuasai oleh seorang psikolog, lebih-lebih psikolog agama, sebab jika ia belum memiliki penguasaan terhadap kedua metode ini, maka pengetahuannya tentang hakekat manusia dan berbagai problematikanya tidak akan pernah lengkap, sempurna dan utuh, dan lebih-lebih pada penerapannya di dalam kehidupan sehari-hari. Hal itu terbukti seringnya penulis menerima limpahan persoalan-persoalan psikologis yang belum dan tidak dapat diselesaikan secara tuntas oleh beberapa psikolog di Indonesia, padahal sebagian besar mereka adalah orang-orang muslim yang taat kepada agamanya. Akan tetapi sangat disayangkan jika ketaatannya itu belum dapat menghidupkan dan memberi ruh kepada ilmu psikologi yang dimilikinya itu. Sehingga ilmu yang ada dalam dirinya itu tidak mampu menguak hakekat yang ada dalam dirinya sendiri, apalagi orang lain. Inilah yang menjadi sebab"ilmu jiwa tanpa jiwa", sebagaimana dapat direnungkan dalam ungkapan yang populer di dunia sufi, "barangsiapa yang telah mengenal hakekat dirinya, niscaya ia akan mengenal Tuhannya, niscaya tersingkaplah rahasia-Nya dan lenyaplah dirinya".
Fungsi dan Tujuan Psikologi Kenabian
Fungsi Psikologi Kenabian yang utama adalah memberikan suatu penjelasan dan pengetahuan, bahwa ajaran kenabian dalam Islam bukanlah hanya sebagai sebuah pengetahuan, akan tetapi ia merupakan tuntunan yang wajib diyakini dan diaplikasikan di dalam diri bagi setiap manusia yang telah bersyahadat (bersaksi) akan kebenaran datangnya kematian. Implementasi dari dua kalimat persaksian "asyhadu alla ilaha illallah wa asyhadu anna Muhammadarrasulullah" (saya bersaksi bahwa tiada sesembahan melainkan Zat yang bernama Allah, dan saya bersaksi bahwasanya Nabi Muhammad adalah utusan Allah) adalah melakukan evolusi dan transformasi kedirian dari jiwa hewani kepada jiwa insani, dan puncaknya kepada jiwa robbani. Sedangkan tujuan dari Psikologi Kenabian adalah: mengantarkan manusia mengenal hakekat dirinya yang azali dan hakiki, yang bersifat ketuhanan, ruhaniah, bercahaya, dan tidak akan pernah terpisah dari Tuhannya; mengantarkan manusia mengenal eksistensi Tuhannya yang tidak dapat diserupakan dengan apa pun; mengantarkan manusia agar dapat mencapai sehat dan sejahtera secara holistik (sehat fisik, mental, spiritual, finansial dan sosial); dan mengantarkan manusia agar dapat mengembangkan potensinya yang hakiki, sebagaimana yang telah ditauladankan oleh Nabi Muhammad saw, yakni cerdas melangit dan cerdas membumi (baca Hamdani, Prophetic Intelligence, al-Manar Yogyakarta, 2008)